Mitra dan Proyek

Indonesia: Proyek Partisipasi Masyarakat Dalam Reboisasi dan Penanaman Kembali Hutan Dengan Menggunakan Pertanaman Jamur Ektomikoriza di Hutan Rawa Gambut Tropis

Periode Proyek:

Juni 2018 - Juni 2023

Mitra Kerja Sama:

The Mushroom Initiative

Latar belakang

Lahan gambut merupakan penyerap karbon penting di dunia dan memainkan peran vital dalam siklus karbon global. Hutan rawa gambut yang terdapat dalam ekosistem gambut terbentuk di tempat-tempat yang tanahnya jenuh air atau sering terjadi banjir yang menyebabkan bahan organik membusuk, dan karenanya kaya akan bahan organik yang terakumulasi secara lambat. Campuran karbon-air ini bertindak seperti spons raksasa, menyerap cukup air dan menyimpan sejumlah besar karbon. Berdasarkan usia hutan dan kedalaman tanah, itu dapat menyerap karbon 10 hingga 20 kali lebih banyak daripada hutan dataran rendah dalam di dekatnya pada tanah mineral. Hutan gambut tropis terdegradasi oleh faktor manusia dan perubahan iklim, termasuk penebangan liar, kebakaran, reklamasi pertanian, serta perkebunan kelapa sawit dan karet. Degradasi ini tidak hanya mengurangi
penyerapan karbon di permukaan, tetapi 90% penyerapan karbon di hutan rawa gambut tersimpan di bawah tanah. Kehancuran dan hilangnya sering kali tidak terasa, tetapi dampaknya terhadap alam dan manusia jauh lebih luas.

Wilayah Indonesia mencakup 45% dari luas lahan gambut tropis dunia (Applegate et al., 2021). Sebagian besar berupa hutan rawa gambut, yang meliputi dataran rendah terbuka di antara sungai-sungai utama di Sumatera (8,3 juta hektar), Kalimantan (6,8 juta hektar), dan Papua (4,6 juta hektar); Selama dua dekade terakhir, Indonesia telah mengalami degradasi lahan gambut yang parah akibat penebangan hutan, perluasan pertanian, dan pembukaan lahan akibat kebakaran, yang mengakibatkan emisi karbon dalam jumlah besar dan hilangnya keanekaragaman hayati. Pemerintah Indonesia telah mengembangkan rencana aksi nasional untuk mempercepat pemulihan hutan rawa gambut yang terdegradasi. Namun, pemulihan ekosistem ini bukanlah tugas mudah karena memerlukan penyaringan spesies pohon dan budidaya bibit berkualitas tinggi untuk membantu memulihkan ekologi hutan gambut secara berkelanjutan.

Atas latar belakang ini, proyek ini bertujuan untuk berkontribusi terhadap respons perubahan iklim dengan memulihkan hutan rawa gambut di Indonesia. Penerapan jamur mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan cepat spesies pohon asli. Mengingat meningkatnya degradasi lahan gambut di seluruh dunia, solusi dan pengalaman proyek ini akan menjadi nilai referensi yang besar bagi wilayah serupa lainnya.

Ciri-ciri proyek

  • Ada tiga tujuan yang penting: Pertama, membangun lokasi demonstrasi hutan rawa gambut tropis yang diinokulasi dengan jamur mikoriza lokal; kedua, mempromosikan teknologi pemulihan ekologi berdasarkan konsep simbiosis hutan-jamur di hutan rawa gambut tropis yang terdegradasi; ketiga, mengumpulkan dan mengukur stok karbon untuk menunjukkan dampak penting jamur mikoriza dalam aplikasi reboisasi;
  • Menemukan sepenuhnya jamur mikoriza yang cocok untuk hutan rawa gambut asli Indonesia melalui indentifikasi dan konservasi; analisis laboratorium tanah hutan rawa akan dilakukan sebelum, selama dan setelah proyek untuk memverifikasi sepenuhnya bahwa simbiosis jamur mikoriza meningkatkan penyerapan nutrisi, sehingga mendorong pemulihan cepat hutan rawa gambut tropis;
  • Menggabungkan konsep “Aspek Tanpa Empat”, yaitu tanpa plastik, pembakaran, pupuk, spesies eksotis dan invasif; menggunakan bahan organik yang sepenuhnya dapat terurai secara hayati seperti rumput purin lokal sebagai pengganti;
  • Terus mengukur perubahan penyerapan karbon di kawasan reboisasi setiap tahun untuk mengukur dampak proses proyek terhadap penyerapan karbon lokal;
  • Lokakarya peningkatan kapasitas akan diadakan setiap tahun untuk memberdayakan pejabat kehutanan setempat selama pelaksanaan proyek, pekerja pembibitan dan petani, yang akan menjadi jaminan penting bagi efektivitas proyek yang berkelanjutan.

Hasil proyek

  • Pada proyek wilayah Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah, ada sekitar 26 spesies pohon ditanam di lahan gambut asli, dengan tingkat keberhasilan lebih dari 70%; sekitar 115,6 hektar lahan gambut tropis dipulihkan, melampaui target 100 hektar;
  • Masyarakat dan penduduk setempat berpartisipasi aktif dalam proyek dan menyaksikan secara langsung manfaat ekologi, sosial, dan ekonomi dari restorasi lahan gambut. Lingkungan setempat, peran serta masyarakat, dan pengelolaan berkelanjutan merupakan kunci untuk mencapai berbagai manfaat ini.
Scroll to Top